
JAKARTA, Deteksimedia.com – Anggota Komisi VI DPR RI, Kawendra Lukistian, berencana memanggil pihak-pihak terkait untuk mengklarifikasi dugaan sumber air mineral merek Aqua yang berasal dari sumur bor, bukan dari mata air pegunungan seperti yang diklaim. Isu ini mencuat dan menjadi perhatian publik karena dianggap berpotensi menyesatkan konsumen.
“Saya akan rekomendasikan untuk dipanggil. Pastinya pada masa sidang nanti akan dibicarakan dengan yang lain,” ujar Kawendra kepada wartawan di Jakarta, Kamis (30/10/2025).
Kawendra menegaskan bahwa persoalan sumber air merupakan hal serius karena menyangkut hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang benar dan jujur. “Temuan bahwa sumber air Aqua di Subang berasal dari sumur bor, bukan mata air pegunungan sebagaimana diklaim, adalah persoalan serius. Konsumen berhak atas informasi yang jujur,” tegasnya.
Politikus Fraksi Gerindra ini juga meminta Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) untuk segera menindaklanjuti temuan tersebut. Menurutnya, jika terbukti ada pelanggaran, langkah tegas perlu diambil demi menjaga kepercayaan publik.
“Saya selaku anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra meminta BPKN mendalami hal tersebut. Bila terbukti ada pelanggaran, kami akan merekomendasikan tindakan tegas. Kepercayaan publik tidak boleh dikorbankan demi keuntungan bisnis,” jelas Kawendra.
Kasus ini mencuat setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik Aqua di Subang pada Senin (20/10/2025). Dalam sidak tersebut, Dedi menemukan bahwa air yang digunakan Aqua bersumber dari pipa bertekanan tinggi atau sumur bor sedalam 100-130 meter, bukan dari mata air pegunungan.
“Air ini bukan dari pegunungan seperti yang selama ini kita yakini, melainkan dari sumur bor,” ungkap Dedi.
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi dampak lingkungan akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran, seperti penurunan muka tanah, longsor, hingga krisis air. Dedi juga menyoroti jumlah air yang diambil perusahaan mencapai sekitar 2,8 juta liter per hari secara gratis.
“Jangan sampai air dari sini diangkut dan dijual mahal, sementara masyarakat sekitar kekurangan air bersih,” sesal Dedi.
(Red)





Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.